Bab 14. Menampilkan Tari Tradisional

Jenis penyajian tari dapat berupa tari tunggal, tari berpasangan, tari berkelompok, dan dramatari. Semua tari memiliki tema sehingga tari bertema dapat berupa tari tunggal, tari berpasangan, tari berkelompok dan dramatari. Tari tradisi baru merupakan hasil ciptaan penata tari yang bersumber pada tari tradisional daerah setempat. 

Setiap penata tari memiliki ciri khas tertentu sebagai pembeda antara ciptaan dirinya dengan orang lain. Unsur pendukung tari pada prinsipnya sama antara tari tradisi dengan tari tradisional. Unsur pendukung berperan penting terhadap penampilan tari sehingga makna yang ingin disampaikan kepada penonton dapat terwujud. 

Unsur pendukung berupa properti tari, tata rias, tata busana, tata panggung, dan tata iringan. Pengolahan unsur pendukung secara baik tergantung kreativitas penata tarinya.

Setiap suku di Indonesia memiliki gerak tari yang berbeda. Perbedaan gerak menunjukkan kekayaan dan keunikan gerak tari tradisional Indonesia. Contohnya keunikan tari Yospin Pancer dari Papua terletak pada gerak kaki yang ritmis sambil memukul tifa. 

Keunikan pada tari Kecak dari Bali yaitu penari duduk melingkar sambil menggerakkan tangan ke atas sebagai simbol lidah api yang menyala. Penari mengucapkan kata ”cak…cak…cak…” sebagai iringan gerak. Keunikan tari Kecak juga pada iringan. Penari menyanyi sambil melakukan gerak dengan menepuk hampir seluruh badan dan anggota badan. 

Keunikan gerak pada tari tema perang dari Kalimantan yaitu gerakan kaki yang tertahan dengan langkah yang lebar memiliki kesamaan dengan keunikan tari Cakalele dari Ternate. Keunikan gerak tidak hanya pada penari putra tetapi juga pada penari putri. 

Tari Burung Enggang dari Kalimantan, keunikan gerak terletak pada gerak pergelangan tangan ke atas dan ke bawah sehingga bulu-bulu burung enggang yang diselipkan pada jari-jari dapat mengembang seperti sayap burung yang hendak terbang. Keunikan gerakan pada bagian tangan ini memiliki kemiripan dengan tari Tanggai dari Palembang. 

Keunikan gerak pada tari Gending Sriwijaya dari Sumatra Selatan yaitu Lentikan gerak pada jari-jari tangan.Tarian ini memiliki kesamaan dengan gerak lentikan jari pada tari Sekapur Sirih dan Persembahan dari Melayu. 

Keunikan tari Pakarena dari Sulawesi Selatan yaitu gerakan kaki yang tertahan pada lantai dan tangan dengan menggunakan kipas. Gerakan pada tari Pakarena dilakukan dengan lembut dan mengalun, walaupun musik yang mengiringi tarian ini menghentak-hentak. Hal ini sesuai dengan filosofi hidup masyarakat Bugis sebagai pelaut walaupun ombak datang bergulung tetapi kapal tetap harus dijalankan perlahan mengikuti alur gelombang.

Agar lebih memahami gerak tari tradisional, sebaiknya berlatihlah gerak tari tradisional seperti berikut : 

 

Gerak Tari Tradisional

1. Ragam Gerak Ajappa Na’na :

  • Tangan kiri menjepit sarung antara jari telunjuk dengan jari tangan yang terletak kirakira 30 cm dari paha (kingking lipa)
  • Tangan kanan memegang kipas dengan jari, kipas menghadap ke atas dan letak kipas sejengkal dari dada
  • Langkahkan kaki kanan ke depan, di susul dengan kaki kiri, sedang letak kipas seperti pada posisi awal, pandangan ke depan, lalu berjalan ke depan seperti gambar berikut :

2. Ragam Gerak Angngayung Kipasa Kanang :

  • Ayunkan tangan kiri di depan pusa
  • Ayunkan kipas ke depan dada dan jari kipas menghadap ke bawah
  • Ayunkan kipas ke arah kanan yang diikuti dengan melangkah ke samping kanan dan pandangan ke kanan. Kedua tangan masing-masing di ayun ke samping kanan dan kiri, diikuti pandangan ke kiri, sedangkan bentuk jari kipas menghadap ke atas
  • Putar kipas ke belakang dengan bentuk jari kipas menghadap keluar, diikuti pandangan ke belakang, posisi kaki jinjit di depan kaki kiri seperti gambar berikut :
  • 3. Ragam Gerak Angayung Kipasa Appa Sulapa :

    • Langkahkan kaki kanan ke samping kanan yang disusul dengan kaki kiri, tangan kanan diayun ke samping kanan badan dengan bentuk jari kipas menghadap ke atas yang di ikuti dengan pandangan kanan
    • Kaki kiri ke samping yang disusul kaki kanan, tangan kiri diayun ke atas sejajar dengan pundak lalu diputar dan turun ke samping kiri badan untuk kingking lipa dengan ber barengan tangan kanan lalu kembali ke depan dada dengan bentuk jari kipas menghadap ke bawah
    • Ragam ini dilakukan sebanyak 4 kali dengan arah mata angin dan berakhir dengan jari kipas menghadap ke atas yang terletak di depan badan yaitu kembali pada posisi awal (posisi seperti semula) sebagaimana gambar berikut :

    4. Ragam Gerak Adakka Tassikali-kali/RenjangRenjang :

    • Tangan kiri menjepit sarung antara jari telunjuk dengan jari tengah yang terletak kira-kira 30 cm dari paha (kingking lipa)
    • Tangan kanan memegang kipas dengan jari kipas meng hadap ke atas dan letak kipas sejengkel dari dada
    • Langkahkan kaki kanan ke depan yang disusul dengan kaki kiri, sedang letak kipas seperti pada posisi awal, pandangan ke depan kirakira 3m dari depan lalu ber jalan ke depan dengan hitungan 2 kali
    • Berjalan renjang-renjang untuk pulang (keluar) dengan posisi awal seperti pada ragam semula seperti gambar berikut :
    Daftar Pustaka
    Purnomo, Eko., Deden H., Buyung R., & Julius Juih. 2017. Seni Budaya SMP/MTs Kelas VIII. Jakarta : Pusat Kurikulum dan Perbukuan, Balitbang, Kemdikbud
 
Kirim Pesan
Klik
Admin Herta
Terimkasih sudah menghubungi kami.Silahkan klik kotak di bawah!